[News] Pasar Seni ITB 2010 ; Mengingatkan yang Terlupakan

Pada tahun 1972, A.D Pirous menggelar perhelatan Pasar Seni ITB pertama di Bandung, dengan tujuan mendekatkan karya seni dengan masyarakat dan di pasar seni inilah masyarakat bisa mendapatkan karya seni dengan harga yang relatif murah.

Tanggal 10 bulan 10 tahun 2010 FSRD ITB menggelar perhelatan Pasar Seni ITB ke-10 yang berlangsung selama 10 jam. Acara yang dibuka oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik ini, secara resmi dibuka pukul 09.00 WIB. Jero Wacik mengatakan, festival merupakan aktualisasi kebudayaan jati diri bangsa. “Hidup ini jangan habis waktu untuk memikirkan ekonomi atau politik saja. Politik dan ekonomi memang penting, tetapi dengan seni Negara bisa bersatu”, ujarnya.

Dengan mengusung tema “Mengingatkan yang Terlupakan”, Pasar Seni ITB bukan sekedar ajang hiburan, ia sesungguhnya menangkap Zeitgeist (semangat zaman) dari masyarakat dewasa ini. Tujuan paling tinggi dari helaran tersebut adalah munculnya makna dan perubahan ke depan, dengan menampilkan berbagai wahana dengan berbagai tema.

Sekitar 40 stand seniman yang menampilkan berbagai karya mereka, 28 stand delegasi dari berbagai institut/universitas/sekolah desain dan seni dan komunitas, 195 stand produk yang menawarkan karya-karya unik yang hanya bisa didapatkan di pasar seni ITB. Tidak akan lengkap tentunya apabila sebuah perhelatan sebuah acara tanpa adanya zona makanan, untuk itulah di pasar seni kali ini menyediakan 78 stand makanan dan minuman. Untuk souvenir asli pasar seni, panitia juga menyediakan stand souvenir yang sayang untuk tidak dikoleksi.

Dengan persiapan teknis selama 3 bulan dan pematangan konsep serta materi selama kurang lebih 2 tahun, diharapkan tema yang diusung Pasar Seni ITB 2010 ini mampu diterima masyarakat. Menggabungkan teknologi, sains dan tradisi diharapkan pengunjung mampu mengingat apa yang terlupakan.

Salah satunya adalah wahana Jamming, dimana teknologi mulai mempengaruhi pola interaksi manusia yang cenderung individualistis. Di wahana ini, setiap pengunjung yang melewati area tersebut akan kehilangan sinyal telepon seluler. Filosofinya adalah, saat ini kegiatan seperti silaturahmi, komunikasi tatap muka mulai jarang dilakukan dikarenakan perkembangan teknologi. Dengan hilangnya sinyal semua operator telepon seluler, maka tiap orang akan kembali ke hakikat awalnya sebagai makhluk sosial yang saling bertegur sapa, tatap muka atau minimal saling tersenyum.

Sementara Wahana sawah mencoba mengingatkan apa yang terlupakan oleh kita, yaitu bahwa Negara kita adalah Negara agraris, dimana sawah adalah penyambung kehidupan jutaan masyarakat Indonesia. Menggunakan teknologi menanam padi mutakhir yang disebut SRI (System of Rice Intensification), sawah modern ini bahkan bisa dibawa kemana-mana.

Sementara itu Wakil Walikota Bandung Ayi Vivananda menuturkan, kegiatan ini merupakan salah satu ikon Kota Bandung. Diharapkan kegiatan ini dapat berlangsung secara berkesinambungan karena kegiatan ini merupakan salah satu wujud perkembangan industri kreatif di Kota Bandung.[]

source:indonesiakreatif.net

oleh Yusuf Yanuardi Wibowo

0 comments:

Post a Comment